![]() |
Agen Domino Online |
SAHAM DOMINO - Dengan berderai air mata, M br Sihotang hadir di Polsek Serbalawan untuk menyaksikan sekaligus menjadi saksi peristiwa pembunuhan atas suaminya, Mangiring Sipayung. Diiringi isak tangisnya istri korban tersebut mengikuti prosesi reka ulang dengan 25 adegan rekonstruksi, Jumat (19/8).
Sebelumnya kasus pembunuhan terhadap korban Mangiring Sipayung (59) terjadi pada Jumat (15/7) lalu, sekira pukul 19.00 WIB, dirumah korban di Huta I Nagori Nagar Usang, Kecamatan Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun, yang dilakukan oleh tersangka Ardin Manik (62) yang masih tetangganya sendiri.
Dalam rekonstruksi tersebut dijelaskan di dalam adegan, pelaku Ardin Manik dituduh korban telah mencuri ayam. Tuduhan tersebut dilontarkan korban tetangganya Rusmin Roberta br Nainggolan yang kemudian disampaikan kepada tersangka Ardin Damanik. “Idokkon si Mangiring ho panakko manuk (Dibilang si Mangiring kau pencuri ayam)”, ujar Rusmin kepada Ardin Manik di rumahnya.
Tak senang dengan tuduhan tersebut, kemudian, Ardin Manik langsung mendatangai rumah Mangiring dengan membawa sebilah parang. Dengan berteriak, “Hoi, Mangiring keluar kau”. Dengan disulut rasa emosi, tersangka kemudian memaksa masuk ke dalam rumah dan mendapati korban sedang duduk bersama keluarganya.
“Boasa idokon ho au manakko manuk (Kenapa kau bilang aku mencuri ayam)?”, tanya Ardin Manik kepada Mangiring Sipayung. Dijawab Mangiring, “ Ise mandokkon (Siapa yang membilang)?”, Mangiring Sipayung, kembali bertanya. “Si Rusmin mandokkon, ho mandok au sering manakko manuk (Si Rusmin yang bilang. Kau yang yang mncuri ayam)”, jawab Ardin Manik. Namun korban tetap membantah dan bersikeras tidak pernah menuduh Ardin sebagai pencuri ayam.
Tak puas dengan jawaban Mangiring, akhirnya Ardin menarik Mangiring keluar rumah untuk menemui Rusmin yang sedang berada di rumah Ardin. Dengan memaksa menarik tangan korban hingga keluar keteras rumah korban
Ketika di teras rumah tersebut, kembali terjadi percekcokkan keduanya dan terjadilah pembacokan yang dilakukan oleh Ardin kepada Mangiring dibagian kepala sebelah kiri hingga darah mengucur, karena Mangiring tidak mau dipertemukan dengan Rusmin.
Dengan kondisi darah mengucur di kepala Mangiring Sipayung, Ardin Manik tetap memaksa menarik tangan Mangiring hingga sampai ke rumahnya yang berjarak 50 meter itu untuk menemui Rusmin. Ketika tiba dirumahnya, ternyata Rusmin sudah tidak berada lagi di rumah Ardin.
Setelah tidak bertemu Rusmin, Ardin Manik pun melepaskan genggaman tangan Mangiring yang terus dipegangnya. Begitu lepas dari cengkaraman tangan Ardin, Mangiring berjalan menuju rumahnya dengan diikuti anaknya Jontara Sipayung yang sejak dibawa Ardin sudah mengikutinya. Namun Jontara Sipayung tidak mampu berbuat apa-apa karena takut, sebab Ardin terus memegang parang. Hal tersebut diungkap Jontara semasa hidup dihadapan penyidik.
Namun sayang, begitu sampai di teras rumahnya, Mangiring pun terjatuh ke tanah. Begitu melihat sang ayah terjatuh, Jontara Sipayung yang sudah meninggal dunia setelah lima hari kematian ayahnya langsung memeluk sang ayah yang sudah tak berdaya dilantai tanah itu.Beberapa menit kemudian, Gamot setempat, Domu Manik, mendatangi rumah Mangiring. Kemudian, mengimbau warga setempat untuk menangkap Ardin dan menyerahkannya ke polisi.
0 komentar:
Posting Komentar