Selasa, 15 November 2016

Bocah 2 Tahun Wafat Karena Bom Atas Nama Islam, Mana Suara Ulama?


Bocah 2 Tahun Wafat Karena Bom Atas Nama Islam, Mana Suara Ulama?
Agen Domino Online
SAHAM DOMINO - Gara-gara bom terhadap gereja Oikumene Samarinda, jatuh 5 korban luka-luka. 4 diantaranya adalah anak-anak. Namun yang berhasil membuat saya tersentak hari ini adalah Intan Olivia, bocah berusia 2 tahun, meninggal dunia setelah dirawat intensif.

Jujur saya sempat meneteskan air mata saat melihat gambar di atas. Saya berpikir andai itu anak saya, baru berusia 2 tahun dan kemudian menjadi korban bom di tempat ibadah, kira-kira apa yang akan saya rasakan? Bagaimana caranya untuk menenangkan istri yang selama 9 bulan mengandung dan 2 tahun mendidiknya dengan sabar. Bagaimana caranya? Itu yang membuat air mata saya jatuh.

Coba teman-teman seword pikirkan hal ini. Sebentar saja. Tak usah bicara soal alquran, hadits, injil, taurat atau dzabur. Itu terlalu berat. Kalaupun kita sekarang berbeda keyakinan, beda agama, tak masalah, sebab ini soal kemanuasiaan. Ini tentang anak kecil berusia 2 tahun yang dibom dan meninggal.

Mungkin ada yang marah, sedih dan sebagainya. Hanya hati yang terlalu kelam, hanya setan yang berwujud manusia, yang kemudian menyebut ini pengalihan isu. Sungguh setan. Bagaimana bisa saya bisa menyebutnya manusia jika tak tak bisa menghargai nyawa manusia? Setan!

Selanjutnya, mari berpikir tentang agamanya. Jika Intan itu anak kita, dibom karena alasan agama kita berbeda dengan pengebom, bagaimana cara kita menjelaskan pada adik atau kakaknya? Bagaimana cara kita menjelaskan tentang Intan yang meninggal karena dibom? Bagaimana kita menjelaskan bahwa Tuhan maha pelindung dan semua agama tak mengajarkan kekerasan dan pengeboman?

Untungnya Intan bukan anak saya, mungkin juga bukan anak teman-teman seword yang sedang membaca ini. Jadi kita terlepas dari segala pertanyaan dan beban yang sangat berat itu. Tapi begini, Intan dan orang tuanya adalah orang Indonesia. Mereka tinggal dan hidup di negara demokrasi berasaskan Pancasila. Mereka berhak menganut agama selain Islam dan memiliki hak yang sama seperti orang Islam yang merupakan agama mayoritas. Jadi kalau kemudian mereka dibom dan anaknya meninggal, ini berarti mereka tak memiliki hak menganut agama lain.

Apa yang harus kita lakukan?

Bagi saya, salah satu cara terbaik yang bisa saya lakukan adalah mendoakan orang tua Intan agar diberi kekuatan dan kesabaran. Tidak mudah pastinya. Kalau hal tersebut terjadi pada keluarga saya, mungkin saya akan gelap mata dan entah apa yang akan saya lakukan setelahnya.

Bagi pemerintah, harus melakukan pembasmian secara besar-besaran terhadap kelompok teroris yang memiliki pemahaman bahwa mengebom rumah ibadah agama lain adalah jihad. Hukum mati semuanya tanpa terkecuali. Jangan ada lagi pengeboman yang disengaja mengatasnamakan Islam. Itu pelecehan yang luar biasa.

Siapa yang harus paling kita salahkan?

Di sini saya ingin menggunakan logika yang adil, sama persis. Terkait Ahok yang dianggap menistakan agama Islam, MUI, FPI dan semua orang yang mengaku ulama atau ustad begitu semangat untuk berorasi dan berpidato dengan cara mendikte. Bahkan Habib Ahmad Alkaff di acara ILC menyatakan dengan tegas dan jelas, bahwa orang yang paling tau tentang agama Islam ya orang Islam. Bukan polisi. Dan di Indonesia ada MUI, Majelis Ulama Indonesia. Itulah mengapa mereka keluarkan sikap keagaamaan yang katanya lebih kuat dari fatwa.

Oke fine. Sekarang ada orang Islam mengebom atas nama Islam dan jihad di jalan Allah. Saya menilai itu sebuah kesalahan dan pelecehan terhadap agama Islam. Saya sebagai orang Indonesia dan beragama Islam merasa dirugikan, sebab nantinya orang-orang yang saya temui di dalam atau luar Indonesia dan non muslim, sedikit banyak akan menaruh sifat “waspada” atau bahkan sinis. Pasti ada, saya punya pengalaman akan hal ini.

Berhubung saya orang Indonesia, ada MUI, maka saya menuntut MUI megeluarkan sikap keagamaan yang lebih tinggi dari fatwa. Sebab katanya di Indonesia ini yang mewakili para ulama adalah MUI.

Namun kalau MUI tidak kunjung mengeluarkan sikap keagamaan, maka mohon maaf kalau saya akan sebut MUI hanyalah lembaga sosial biasa yang memiliki kepentingan politik. Begitu juga dengan ustad, kyai, habib dan ulama yang sangat concern dengan Islam. Mari semua nyatakan bahwa pengeboman tersebut adalah tindakan yang salah. Mari ambil tanggung jawab sesuai posisi masing-masing. Jika tidak ada ustad, kyai, habib dan ulama yang bereaksi keras seperti mereka bereaksi pada Ahok, mungkin karena mereka sebenarnya juga bagian dari teroris dan mendukung aksi tersebut.

Terakhir, bagaimanapun ini masih berita baru, tadi pagi. Mungkin para pemuka agama itu belum tau tentang berita ini. Saya bantu menuliskan ini, teman-teman silahkan bantu menyebarkan. Semoga besok atau lusa mereka orang-orang yang katanya pemuka agama itu mau bersuara lantang karena Islam dijadikan alasan untuk mengebom rumah ibadah agama lain. Syukur kalau mereka mau melakukan sweeping terhadap padepokan atau kelompok radikal yang merupakan tempat si pengebom tersebut belajar Islam, yakni JAD Jamaat Ansharut Daulah.

Bocah 2 Tahun Wafat Karena Bom Atas Nama Islam, Mana Suara Ulama?

0 komentar:

Posting Komentar