SAHAM DOMINO - Tidak semua anak mendapat kesempatan memperoleh fasilitas memadai untuk sekolah sampai perguruan tinggi.
Di antara mereka tak sedikit harus berusaha keras memeras keringat mengumpulkan uang agar tetap dapat mengenyam pendidikan, seperti dialami kakak beradik asal Ngawi, Jawa Timur, ini.
Ketika ada waktu luang mereka menjadi buruh serabutan bersama orangtuanya. Akun Facebook Yuni Rusmini membuat kisah dua remaja tersebut menjadi viral pada Selasa (10/1/2017).
Menurut Yuni, Vera Puji Lestari dan adiknya, Wasis Nuryono, berasal dari keluarga sederhana. Ayah ibu mereka hanya bekerja sebagai buruh serabutan.
Namun, semangat orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai universitas begitu tinggi.
Tari tercatat sebagai mahasiswa jurusan teknik pertanian di sebuah universitas di Jember. Sedangkan adiknya, Yono, masih duduk di bangku kelas XI sekolah menengah atas.
Yang membuat salut, Tari dan Yono tidak malu untuk menjadi buruh. Ketika libur kuliah, Tari akan ikut bekerja mencuci piring dan gelas di tempat orang hajatan.
Ia juga tak gengsi untuk buruh tandur dan matun (menyiangi padi). Sementara Yono selalu mencari pasir di sungai ketika pulang sekolah. Bahkan ia pun mengayuh sepeda 10 kilometer untuk sampai sekolah.
Berikut isi postingan Yuni:
"Masih ingat tentang postingan saya yang menceritakan kisah Tari nama lengkapnya Vera Puji Lestari, seorang mahasiswi UN Jember teknik pertanian? Putra buruh serabutan yang bernama bapak Jiyo dari Tunggul, Kedungmiri, Sambirejo, Mantingan. Yang setiap liburan sekolah dia gunakan untuk membantu ortunya di rumah orang punya hajat kerja cuci piring, gelas dan buat teh.
Kali ini saya akan menulis tentang adik Tari yang bernama Yono nama lengkapnya Wasis Nuryono, siswa kelas 2 SMA N 1 Widodaren. Yono adalah sosok siswa yang lugu, kuat dan tangguh. Yang mana tidak seperti biasanya anak muda jaman sekarang, sekolah bawa sepeda motor, keluyuran, main HP dll.
Justru yono sangat luar biasa. Bila di jaman sekarang semangat dan tekad untuk sekolah patut diacungi jempol. Dia sekolah dengan mengayuh sepeda onthel yang sudah butut dari rumahnya Tunggul hingga Kauman sekitar 10 km.
Dia tidak malu walau teman-temannya bawa sepeda motor bagus. Baginya tidaklah penting, yang terpenting bisa sekolah. Yang lebih luar biasa lagi, setiap pulang sekolah atau liburan dia bukan bermain atau kelayapan. Namun dia bekerja sebagai buruh pasir di sungai atau bengawan.
Semua dilakukan untuk membantu ortu, biaya sekolah kakaknya Tari juga buat sekolah dirinya sendiri. Bila musim sawah, bapak Jiyo, istri, Yono, Tari, semua juga ikut kerja buruh tani, tandur, macul, matun, derep atau yang lain.
Yang terpenting bagi keluarga ini kerja halal. Kisah ini adalah nyata dan sesuai fakta. Bila ingin mengetahui langsung, silahkan datang atau ketemu keluarga ini dengan alamat keluarga bapak Imam Sujiyo (Jiyo)/ibu Karni, Rt 03 RW 06 Tunggul, Kedungmiri, Sambirejo, Mantingan, Ngawi, jawa Timur."
Saat dikonfirmasi, Yuni membenarkan cerita mengenai keluarga itu. Ia dan tetangga lain pun merasa salut dengan semangat Tari dan Yono.
Yuni tak tahu apakah dua anak itu mendapat beasiswa atau tidak. Beberapa waktu lalu, Jiyo sempat berniat untuk menghentikan kuliah Tari karena ibunya jatuh sakit.
Namun, Tari tetap bertahan dan memburuh apa saja agar tetap dapat kuliah.
"Saya tetangga satu RT. Yang lain naik sepeda motor atau naik bus, dia cukup ngontel. Tak bagus ontelnya, ontel jelek. Orang sekampung salut pokoknya," tutur Yuni.
0 komentar:
Posting Komentar